
Jenderal Urip Sumoharjo: Pemimpin TNI, Sang Pejuang Strategi yang Setia Mengabdi
Jenderal Urip Sumoharjo adalah seorang tokoh militer Indonesia yang berjasa sebagai tonggak berdirinya militer Indonesia. Lahir pada 1893, Urip Sumoharjo tumbuh menjadi seorang perwira militer pada masa awal kemerdekaan yang berperan besar dengan menjadi Ketua Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang kemudian berkembang menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), cikal bakal Tentara Nasional Indonesia. Urip Sumoharjo juga menjadi Kepala Staf Umum Tentara Nasional Indonesia (TNI) pertama pada masa Revolusi Nasional Indonesia.
Dikenal sebagai sosok dengan pengalaman militer yang kompeten sejak pendidikan KNIL, hal ini menjadikannya sebagai ahli strategi yang tangguh. Urip menyusun rencana pertahanan dan serangan dengan perhitungan matang meski persenjataan terbatas. Dia tidak gegabah, melainkan berpikir jangka panjang demi mempertahankan kemerdekaan. Walaupun Ia tidak diangkat sebagai Panglima Besar– yang justru diberikan kepada Jenderal Soedirman– dia tidak kecewa dan tetap mendukung penuh kepemimpinan Jenderal Soedirman demi kesatuan Indonesia. Disinilah Urip Sumoharjo membuktikan bahwa perannya nyata tidak hanya dalam strategi militer yang militan, namun juga dalam menjaga keutuhan dan kedaulatan bangsa di tengah ancaman Belanda yang kembali berkuasa.
Sosok Urip Sumoharjo mengajarkan banyak nilai luhur yang dapat diteladani. Dia dikenal sebagai sosok disiplin, bertanggung jawab, tangguh, rela berkorban, serta memiliki jiwa patriotisme yang tinggi. Meski menang secara senioritas dan pengalaman– Urip tetap menunjukkan keteladanan dengan mendukung Soedirman secara penuh tanpa terkecuali. Nilai-nilai ini yang menunjukkan bahwa perjuangan berarti pengabdian kepada rakyat dan bangsa, bukan soal kedudukan semata. Urip Sumoharjo menegaskan bahwa keberanian dan ketekunan menjadi kunci membangun bangsa, terutama pada masa revolusi yang mengalami keterbatasan logistik dan senjata.
Kisah dan perjalanan, hingga nilai-nilai yang dihidupi Urip Sumoharjo sejalan dengan ajaran Kitab Suci. Dalam Filipi 2:3-4, tertulis agar setiap orang tidak mementingkan diri sendiri, melainkan menganggap orang lain lebih utama. Hal ini tercermin dalam diri Urip Sumoharjo yang mau rendah hati dan berlapang dada untuk mendukung kepemimpinan Soedirman demi persatuan nasional. Selain itu, Yohanes 15:13 juga mengingatkan bahwa kasih yang paling besar adalah ketika seseorang rela menyerahkan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Semangat pengorbanan Urip inilah yang menjadi wujud nyata dari ajaran kasih yang mendasari hidup berbangsa dan bernegara.
Nilai Vinsensian, yang berakar dari spiritualitas Santo Vinsensius a Paulo, menekankan kesederhanaan, kerendahan hati, semangat pelayanan, dan cinta kasih. Nilai-nilai ini sangat relevan dengan sosok Urip Sumoharjo. Kesederhanaannya tampak dalam sikap tanpa pamrih, kerendahan hatinya terlihat ketika mendukung dan melayani dibawah kepemimpinan Soedirman yang mencerminkan ajaran Kristus yang terdapat dalam Injil, “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu” (Matius 20:26), semangat pelayanannya diwujudkan melalui pengabdian penuh pada bangsa Oerip tidak mencari kemuliaan untuk dirinya sendiri dan cinta kasihnya diwujudkan dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan rakyat Indonesia. Dengan demikian, nilai-nilai perjuangan Urip dapat dijadikan teladan dalam membangun bangsa yang adil, berdaulat, dan penuh solidaritas.
Pengabdiannya yang tanpa pamrih juga sejalan dengan konsep talenta (Matius 25:14-30), di mana setiap orang dipanggil untuk menggunakan karunia dan keahlian yang dimilikinya untuk kebaikan yang lebih besar. Oerip memiliki talenta di bidang organisasi militer, dan ia “menggandakan” talenta itu dengan membangun sebuah institusi (TNI) yang menjadi warisan abadi bagi bangsa, alih-alih “menguburnya” demi kepentingan pribadi. Keterlibatannya dalam hidup berbangsa dan bernegara adalah bentuk pertanggungjawaban atas talenta yang Tuhan berikan kepadanya.
Sebagai arsitek fundamental Tentara Nasional Indonesia, peran sentral Letnan Jenderal Urip Soemohardjo dalam perjuangan kemerdekaan terwujud melalui keahliannya dalam membangun sebuah angkatan bersenjata yang terstruktur dari kekacauan laskar-laskar perjuangan. Dari dedikasinya, terpancar nilai-nilai keteladanan abadi seperti profesionalisme, pengabdian tanpa pamrih, dan kerendahan hati yang luar biasa, dimana ia rela menekan ego demi kepentingan bangsa yang lebih besar. Sikap pemimpin yang melayani ini sangat selaras dengan ajaran Kitab Suci tentang penggunaan talenta untuk kebaikan bersama dan secara mendalam mencerminkan spiritualitas Vinsensian yang mengutamakan kasih yang efektif dan kesederhanaan. Dengan demikian, Urip Sumoharjo hadir sebagai simbol pengabdian sejati yang mengajarkan bahwa kontribusi terbesar bagi bangsa seringkali lahir dari kerja keras yang sunyi, kompetensi yang nyata, dan integritas yang tak tergoyahkan.
Leave a Reply