
Ketika kita membahas tokoh Katolik nasionalis di Indonesia, kita tidak dapat mengabaikan Franciscus Xaverius Seda, yang lebih dikenal sebagai Frans Seda. Frans Seda merupakan salah satu tokoh Katolik nasionalis yang memiliki peran penting dalam sejarah bangsa Indonesia, terutama setelah kemerdekaan. Ia dikenal tidak hanya sebagai politisi, tetapi juga sebagai ekonom dan pendidik. Melalui karya-karyanya, Frans Seda menunjukkan bahwa menjadi seorang Katolik tidak mengurangi semangat nasionalisme, melainkan justru memperkuat panggilan untuk membangun bangsa secara inklusif.
Di politik, Frans Seda muncul sebagai sosok yang menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Ia tidak terjebak dalam batasan identitas agama atau etnis, melainkan berupaya untuk Indonesia secara keseluruhan. Hal ini tercermin dari sikapnya yang mampu menjadi penghubung antara kelompok politik maupun antar umat beragama. Sikap ini sejalan dengan nilai-nilai dalam Kitab Suci: “Setiap orang harus tunduk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah…” (Rm. 13:1).
Keberaniannya dalam mengambil keputusan sulit di dunia politik menunjukkan tanggung jawab seorang pemimpin sejati. Ia tidak takut untuk berbeda pendapat, tetapi tetap menghormati perbedaan. Inilah wujud nasionalisme inklusif yang nyata: tidak membela satu kepentingan sempit, tetapi merawat kebersamaan dalam bingkai kebangsaan. Dalam konteks nilai Vincentius, Frans Seda menghidupi kesederhanaan dan kerendahan hati, karena dalam perjuangan politiknya ia tidak mencari kedudukan semata, melainkan pelayanan kepada masyarakat luas.
Sebagai seorang ekonom, Frans Seda memiliki peran penting dalam masa-masa sulit perekonomian Indonesia. Ia menunjukkan kecerdasan dan profesionalisme ketika harus merumuskan kebijakan yang menentukan arah pembangunan nasional. Keputusannya sering kali tidak populer, tetapi justru menyelamatkan perekonomian bangsa dari krisis. Prinsip yang dipegangnya selaras dengan firman: “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar… sebab TUHAN, Allahmu, dialah yang berjalan menyertai engkau.” (Ul. 31:6).
Di sinilah terlihat nilai keberanian dan tanggung jawab Frans Seda. Ia tidak sekadar menjalankan tugas teknis sebagai ekonom, tetapi menjiwainya sebagai bentuk pengabdian kepada bangsa. Nilai Vincentius, yaitu pengabdian tanpa pamrih kepada mereka yang lemah, tercermin dalam usahanya memperjuangkan stabilitas ekonomi agar rakyat kecil tidak semakin terpuruk. Kecerdasannya bukan hanya demi karier pribadi, tetapi digunakan untuk melayani kesejahteraan masyarakat.
Selain dalam politik dan ekonomi, Frans Seda juga aktif berkarya di sektor pendidikan dan sosial. Ia menyadari bahwa kualitas generasi muda menentukan masa depan bangsa. Oleh karena itu, ia mendukung pengembangan lembaga pendidikan Katolik yang terbuka untuk semua orang, tanpa adanya diskriminasi. Baginya, pendidikan merupakan sarana untuk membangun manusia Indonesia secara utuh.
Dasar dari pengabdiannya adalah nilai iman yang kuat. Ia setia berdoa dan menjadikan imannya sebagai sumber kekuatan dalam setiap keputusan penting. Prinsip hidupnya, “Tetaplah berdoa.” (1 Tes. 5:17), menjaga dirinya tetap rendah hati namun tegas. Ia juga aktif dalam kegiatan sosial dan pelayanan di Gereja, menunjukkan bahwa nasionalisme sejati tidak dapat dipisahkan dari kepedulian terhadap sesama. Seperti yang dinyatakan dalam firman Yesus: “Segala sesuatu yang kamu perbuat untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Mat. 25:40).
Di sinilah Frans Seda menjadi contoh nyata dalam menghubungkan iman, ilmu, dan pengabdian sosial. Nilai Vincentius, yang mencakup keberpihakan kepada orang miskin, kesederhanaan, dan kerelaan untuk melayani, terlihat jelas dalam karyanya di bidang pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. Ia tidak hanya membangun struktur besar, tetapi juga memberikan dampak nyata pada kehidupan banyak orang.
Frans Seda adalah sosok nasionalis Katolik yang menghadirkan wajah nasionalisme inklusif dalam praktik nyata. Melalui perannya di bidang politik, ia menunjukkan keberanian untuk menempatkan kepentingan bangsa di atas golongan. Dalam bidang ekonomi, ia membuktikan kecerdasan dan tanggung jawabnya dalam menyelamatkan negara dari krisis. Sementara itu, di sektor pendidikan dan sosial, ia menunjukkan komitmennya terhadap pengembangan generasi muda dan pelayanan kepada masyarakat kecil. Semua itu dilakukannya dengan iman yang kuat dan nilai-nilai yang sejalan dengan spiritualitas Vincentius: sederhana, rendah hati, berpihak pada orang kecil, dan mengabdi tanpa pamrih.
Oleh karena itu, Frans Seda bukan hanya sekadar figur Katolik, melainkan juga contoh nasionalisme inklusif yang masih relevan hingga saat ini. Ia mengingatkan kita bahwa nasionalisme yang sejati tidak boleh bersifat eksklusif, melainkan harus mencakup semua demi terciptanya Indonesia yang lebih adil, sejahtera, dan beriman.
Leave a Reply