
Keteladanan Letnan Jenderal Urip Sumoharjo: Nilai Abadi untuk Indonesia Masa Kini
Pahlawan yang Sering Terlupakan
Setiap bangsa besar memiliki tokoh yang memberikan teladan abadi melalui perjuangan dan pengorbanannya. Indonesia, yang meraih kemerdekaan dengan darah dan air mata, memiliki banyak pahlawan yang patut diteladani. Salah satu tokoh penting yang sering luput dari sorotan adalah Letnan Jenderal Urip Sumoharjo, arsitek awal Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Urip bukan hanya seorang perwira militer berpengalaman, tetapi juga pemimpin yang menunjukkan nilai disiplin, tanggung jawab, kerendahan hati, serta semangat rela berkorban. Nilai-nilai ini tetap relevan bahkan semakin penting di tengah tantangan globalisasi, individualisme, dan kemajuan teknologi.
Disiplin dan Tanggung Jawab: Pondasi Bangsa Maju
Bangsa yang besar selalu ditopang oleh kedisiplinan warganya. Disiplin tidak sekadar berlaku di militer, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari: belajar dengan sungguh-sungguh, bekerja tepat waktu, dan menaati aturan.
Bung Hatta menegaskan bahwa kemerdekaan hanya dapat dipertahankan oleh bangsa yang berdisiplin. Pernyataan ini semakin relevan saat melihat kondisi bangsa hari ini. Data World Bank (2023) bahkan menunjukkan bahwa kualitas pendidikan dan produktivitas kerja Indonesia masih tertinggal dibanding negara ASEAN lain. Tanpa disiplin dan tanggung jawab, sulit bagi Indonesia untuk bersaing di dunia global.
Kerendahan Hati dan Semangat Pengorbanan
Selain disiplin, Urip memberi teladan luar biasa dalam hal kerendahan hati. Walaupun lebih senior dalam pengalaman militer, ia dengan rendah hati mendukung kepemimpinan Jenderal Soedirman yang jauh lebih muda darinya. Tidak ada rasa kecewa atau iri, hanya semangat mendahulukan kepentingan bangsa di atas ambisi pribadi.
Sikap ini sejalan dengan pesan Kitab Suci, seperti Filipi 2:3-4 tentang rendah hati, dan Yohanes 15:13 tentang kasih yang rela berkorban. Kepemimpinan semacam ini juga selaras dengan Matius 20:26 “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.” Inilah bentuk kepemimpinan yang sejati—kepemimpinan yang melayani, bukan dilayani.
Relevansi Lintas Zaman
Thomas Lickona, tokoh pendidikan karakter, pernah mengatakan bahwa bangsa akan runtuh jika generasi mudanya kehilangan hormat, tanggung jawab, dan disiplin. Fenomena intoleransi, hedonisme, hingga maraknya korupsi di Indonesia membuktikan bahwa krisis karakter sedang kita hadapi.
Di titik inilah, keteladanan Urip menjadi jawaban. Disiplin mampu membangun produktivitas, tanggung jawab memperkuat integritas, sementara kerendahan hati dan pengorbanan menumbuhkan solidaritas sosial. Nilai-nilai ini bukan sekadar romantisme sejarah, melainkan kebutuhan nyata bagi bangsa.
Implementasi dalam Kehidupan
Bagaimana kita bisa menerapkan teladan Urip dalam kehidupan masa kini?
- Dalam pendidikan: membiasakan hadir tepat waktu, mengerjakan tugas dengan jujur, serta aktif dalam kegiatan sosial.
- Dalam dunia kerja: menumbuhkan kerendahan hati melalui kerja sama tim dan rela berkorban demi kepentingan organisasi maupun masyarakat. Hal ini sejalan dengan UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN sebagai pelayan masyarakat.
- Dalam kehidupan berbangsa: menaati hukum, tidak menyebarkan hoaks, ikut kegiatan sosial, menjaga persatuan, dan melakukan aksi nyata seperti donor darah atau gotong royong.
Hal-hal sederhana tersebut, jika dilakukan secara konsisten, mampu memperkuat karakter bangsa.
Pesan untuk Pemimpin dan Rakyat
Perjuangan melawan egoisme, korupsi, dan ketidakadilan hanya bisa dimenangkan jika pemimpin dan rakyat sama-sama berpegang pada nilai disiplin, tanggung jawab, kerendahan hati, dan pengorbanan. Pesan Bung Karno masih relevan: “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”
Tantangan bangsa kini bukan lagi penjajahan asing, melainkan melemahnya karakter dan maraknya egoisme. Karena itu, pemimpin bangsa harus meneladani Urip, yang menunjukkan bahwa jabatan bukan tujuan, melainkan sarana untuk mengabdi.
Kesimpulan
Keteladanan Letnan Jenderal Urip Sumoharjo bukan hanya catatan sejarah, tetapi sumber inspirasi nyata. Nilai-nilai yang ia tunjukkan dapat menjadi pondasi bagi bangsa yang adil, berdaulat, dan bermartabat.
Urip mengingatkan kita bahwa kontribusi terbesar untuk bangsa tidak selalu datang dari mereka yang haus jabatan, tetapi dari mereka yang bekerja keras dalam kesunyian, dengan hati tulus, rendah hati, serta integritas yang kokoh. Jika nilai-nilai ini dihidupkan kembali, Indonesia bukan hanya akan besar secara jumlah penduduk dan luas wilayah, tetapi juga besar dalam karakter, martabat, dan pengaruh di dunia.
Leave a Reply