Essai “Yos Sudarso” – Kelompok 3

Yos Sudarso sang Pejuang Lautan yang Setia pada Panggilan Iman

Yosaphat Sudarso atau yang lebih dikenal sebagai Yos Sudarso lahir pada 24 November 1925 di Salatiga, Jawa Tengah, sebagai anak kedua dari pasangan Sukarno Darmoprawiro yang merupakan seorang reserse polisi dan Mariyam. Beliau adalah seorang perwira TNI Angkatan Laut yang gugur dalam Pertempuran Laut Aru pada 15 Januari 1962. Salah satu peristiwa patriotik nya adalah pada saat beliau terjun langsung dalam Pertempuran Lima Hari di Semarang (14-19 Oktober 1945), salah satu pertempuran terbesar di Jawa Tengah pasca-proklamasi. Dalam peristiwa itu, Yos bersama rekan-rekan BKR Laut ikut mengamankan pelabuhan, gudang senjata, dan jalur transportasi strategis agar tidak jatuh ke tangan tentara Jepang maupun NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang berusaha untuk kembali berkuasa.

Lalu, karir militernya melejit pada saat Yos Sudarso menjabat sebagai wakil kepala staf TNI Angkatan Laut yang bertanggung jawab atas aksi infiltrasi ke Irian Barat (Nugini Belanda), yang merupakan bagian penting dari Operasi Trikora untuk mengamankan wilayah Indonesia dari penjajahan Belanda. Dalam Pertempuran Laut Aru 15 Januari 1962, Yos Sudarso berjuang dalam KRI Macan Tutul yang dikomandani oleh Kapten Winarno. Misi ini merupakan misi rahasia yang mana komunikasi hanya berjalan di antara ketiga kapal yang menjalankan misi infiltrasi tersebut, yakni KRI Macan Tutul, KRI Macan Kumbang, dan KRI Harimau.

Pertempuran ini sangat sengit dan pada saat keadaan menjadi kritis, Komodor Yos Sudarso mengambil alih pimpinan KRI Macan Tutul. Beliau memerintahkan serangan balasan dan kedua kapal lain diperintahkan untuk bermanuver berputar untuk mengecoh Belanda. KRI Macan Tutul di bawah komando Yos Sudarso kemudian melaju untuk menghadang kapal musuh dan menjadi fokus serangan kedua kapan Belanda. Ketika KRI Harimau dan Macan Kumbang berhasil meloloskan diri, KRI Macan Tutul menjadi korban. Diantara dentuman dan tembakan meriam, Yos Sudarso masih sempat mengumandangkan pesan “Kobarkan semangat pertempuran”. Akhirnya serangan Belanda mengenai kamar penyimpanan mesiu KRI Macan Tutul yang mengakibatkan kapal tersebut tenggelam. Yosaphat Sudarso beserta dengan seluruh pasukannya gugur pada 15 Januari 1962.

Dalam perjuangan Yos Sudarso di Pertempuran Laut Aru, beliau mewarisi nilai-nilai keteladanan yang sangat luar biasa. Keberaniannya menghadapi musuh meski berada dalam posisi yang sangat terdesak menunjukkan bahwa beliau tidak gentar mempertaruhkan nyawanya demi tanah air. Yos Sudarso rela menjadikan kapalnya sasaran agar KRI Macan Kumbang dan KRI Harimau dapat meloloskan diri. Hal ini adalah bukti nyata bahwa beliau mengutamakan kepentingan bangsa dan negara daripada dirinya sendiri. 

Sebagai seorang pemimpin, Yos Sudarso menunjukkan tanggung jawab yang sangat besar dengan turun langsung ke garis terdepan bahkan mengambil alih komando ketika situasi genting. Semangat dan rasa tak gentar terus berkobar dalam dirinya meski KRI Macan Tutul dihujani tembakan. Semangat juang dan patriotismenya masih terasa hingga kini, kesetiaan Yos Sudarso kepada negara sangat kuat sampai titik darah penghabisan. 

Keberanian dan pengorbanan beliau menjadi katalis diplomasi internasional, menarik perhatian Uni Soviet dan Amerika, serta mempercepat proses pengembalian Irian Barat ke NKRI. Secara anumerta, ia dianugerahi pangkat Laksamana Madya, dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional, dan dikenang melalui berbagai penghormatan seperti Hari Dharma Samudera setiap 15 Januari, monumen, perangko peringatan, hingga kapal KRI yang diberi namanya.

Nilai perjuangan Yos Sudarso dapat dikaitkan dengan ajaran Kitab Suci yang menekankan nilai kasih, rela berkorban, dan kesetiaan. Dalam Kitab Yohanes 15:13 tertulis bahwa “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” Sikap Yos Sudarso yang rela mengorbankan dirinya demi keselamatan pasukannya dan keutuhan bangsa Indonesia adalah wujud nyata dari kasih yang sejati. Beliau menunjukkan bagaimana iman diwujudkan dalam tindakan nyata, yakni dengan mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Dari hal tersebut kita dapat belajar bahwa kehidupan berbangsa dan bernegara berarti kita mencintai tanah air dengan tulus, berani berkorban, dan menghadirkan kebaikan bagi sesama.

Selain itu, perjuangan Yos Sudarso juga mencerminkan nilai keadilan seperti yang diajarkan dalam Kitab Nabi Mikha 6:8, “Telah diberitahukan kepadamu, hai manusia, apa yang baik. Dan apakah yang dituntut Tuhan dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?” Nilai ini terlihat dari kesetiaan Yos Sudarso kepada bangsa dan keberaniannya melawan ketidakadilan penjajahan. Ia mengingatkan kita bahwa hidup berbangsa harus dilandasi semangat keadilan dan kesetiaan, sehingga setiap pengorbanan yang dilakukan bukan hanya demi kepentingan pribadi, melainkan demi terciptanya kebaikan bersama.

Perjuangan Yos Sudarso memiliki relevansi yang erat dengan nilai-nilai Vinsensian. Kesederhanaan tujuan beliau yaitu berjuang murni demi tanah air tanpa pamrih mencerminkan nilai simplicitas. Kerendahan hati dan keberanian Yos Sudarso untuk mendahulukan kepentingan bangsa di atas keselamatan diri sendiri menunjukkan sikap humilitas dan mortificatio. Keteladanan Beliau yang mampu membakar semangat juang rekan-rekannya sejalan dengan nilai zelus animarum. Sementara, sikap kelembutan hati dan kesetiaannya pada negara juga merupakan cerminan dari nilai mansuetudo. Dengan demikian, nilai-nilai yang diwariskan Yos Sudarso tidak hanya dapat menjadi teladan dalam sejarah bangsa, tetapi juga selaras dengan spiritualitas Vinsensian yang mengajarkan cinta, pengorbanan, dan pelayanan tanpa batas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *