Artikel “Fransiskus Xaverius Seda” – Kelompok 5

Fransiskus Xaverius Seda

Fransiskus Xaverius Seda adalah tokoh bangsa yang perannya besar baik pada masa perjuangan kemerdekaan maupun masa Orde Baru. Pada masa awal kemerdekaan, ia aktif dalam Lasykar KRIS, Batalyon Paraja, serta memimpin Pemuda Indonesia di Surabaya. Ia juga berperan dalam Kongres Pemuda dan Kongres Umat Katolik Indonesia, serta mendirikan Ikatan Mahasiswa Katolik Indonesia (IMKI) saat menempuh studi di Belanda. Semua itu menunjukkan keberanian dan tanggung jawabnya dalam memperjuangkan bangsa.

Baca Selengkapnya

Frans Seda, Tokoh di Balik Kemajuan Ekonomi dan Pembangunan Unika Atma Jaya

Sebagai ekonom andal di era Orde Baru, politisi ulung, dan pendidik, Xaverius Seda atau yang lebih dikenal sebagai Frans Seda menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia. Tokoh kelahiran Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini dikenal telah meninggalkan jejak penting di sektor ekonomi dan pendidikan nasional. Frans Seda juga dikenal melalui kiprahnya di Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya. Kini, namanya diusulkan sebagai Pahlawan Nasional, sebuah penghargaan yang layak diberikan atas dedikasinya dalam membangun Indonesia, baik di bidang ekonomi maupun pendidikan. Usulan tersebut muncul dari sejumlah pejabat, mulai dari Wakil Gubernur NTT, Josef A. Nae Soi, hingga Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate. 

Perjalanan Hidup Frans Seda

Lahir di Lekebai, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada 4 Oktober 1926, Frans Seda dibesarkan dalam keluarga yang menanamkan nilai-nilai disiplin dan kejujuran. Lahir dan besar di tempat yang jauh dari kota tidak membuatnya tertinggal. Ia justru tumbuh dengan semangat belajar yang tinggi. Pendidikan dasarnya dimulai di Kolese Xaverius Muntilan, kemudian SMP BOPKRI Yogyakarta, dan Hollandsche Burger School (HBS) Surabaya. Tak berhenti di situ, ia kemudian melanjutkan studi ke Katholieke Economische Hogeschool, Tilburg, Belanda, hingga meraih gelar sarjana ekonomi pada 1956. Di Belanda, Frans Seda tidak hanya sekedar belajar ekonomi. Ia juga menganalisis praktik kolonialisme yang tengah dihadapi tanah kelahirannya. Dari sana, Frans Seda turut andil dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Frans Seda tercatat pernah ikut sebagai anggota laskar Kebangkitan Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS) (1945) dan anggota Batalyon Praja atau Laskar Rakyat Gresik (1945‒1947).

Kiprah di Dunia Politik dan Ekonomi: Menjadi Menteri di Tiga Era

Frans Seda adalah salah satu segelintir tokoh yang berhasil menjabat sebagai menteri di tiga era berbeda: Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi. Karier politiknya dimulai ketika ia menjadi Ketua Umum Partai Katolik Indonesia (1961-1968). Kemampuannya dalam bidang ekonomi kemudian membawanya ke posisi strategis di pemerintahan. Beberapa jabatan yang pernah ia emban antara lain: Menteri Perkebunan (Kabinet Kerja IV, 1963-1964), Menteri Keuangan (Kabinet Ampera I & II, 1966-1968) dan Menteri Perhubungan dan Pariwisata (Kabinet Pembangunan I, 1968-1973). Salah satu prestasi terbesarnya adalah menurunkan inflasi melalui penataan sistem keuangan negara. Beliau memperkenalkan anggaran berimbang dalam penyusunan APBN, yang menjadi fondasi kebijakan fiskal Indonesia. Selain itu, beliau juga berperan dalam pengembangan telekomunikasi antar-pulau, yang menjadi cikal bakal integrasi nasional di bidang komunikasi. Tak hanya di dalam negeri, Frans Seda juga pernah menjadi Duta Besar RI untuk Belgia dan Luksemburg (1973-1976) serta Kepala Perwakilan Indonesia untuk Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE). Di masa tuanya, ia masih aktif sebagai Penasihat Presiden BJ Habibie dan masih berlanjut menjadi Penasihat Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri.

Mendirikan Unika Atma Jaya dan Memajukan Generasi Muda

Frans Seda adalah salah satu segelintir tokoh yang berhasil menjabat sebagai menteri di tiga era berbeda: Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi. Karier politiknya dimulai ketika ia menjadi Ketua Umum Partai Katolik Indonesia (1961-1968). Kemampuannya dalam bidang ekonomi kemudian membawanya ke posisi strategis di pemerintahan. Beberapa jabatan yang pernah ia emban antara lain: Menteri Perkebunan (Kabinet Kerja IV, 1963-1964), Menteri Keuangan (Kabinet Ampera I & II, 1966-1968) dan Menteri Perhubungan dan Pariwisata (Kabinet Pembangunan I, 1968-1973). Salah satu prestasi terbesarnya adalah menurunkan inflasi melalui penataan sistem keuangan negara. Beliau memperkenalkan anggaran berimbang dalam penyusunan APBN, yang menjadi fondasi kebijakan fiskal Indonesia. Selain itu, beliau juga berperan dalam pengembangan telekomunikasi antar-pulau, yang menjadi cikal bakal integrasi nasional di bidang komunikasi. Tak hanya di dalam negeri, Frans Seda juga pernah menjadi Duta Besar RI untuk Belgia dan Luksemburg (1973-1976) serta Kepala Perwakilan Indonesia untuk Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE). Di masa tuanya, ia masih aktif sebagai Penasihat Presiden BJ Habibie dan masih berlanjut menjadi Penasihat Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri.

Warisan Frans Seda Bagi Bangsa Indonesia

Filosofi pendidikan yang ia anut tidak hanya berfokus pada kecerdasan akademik, tetapi juga keseimbangan antara akal budi dan moralitas. Pesan yang kerap ia sampaikan ialah,

“Kalau ingin menjadi manusia yang baik dan berguna, harus menjaga keseimbangan antara akal budi dan hati.”

Fransiskus Xaverius Seda

Frans Seda wafat pada 31 Desember 2009, tetapi pemikirannya tetap hidup melalui kebijakan ekonomi, lembaga pendidikan, dan nilai-nilai integritas yang ia tinggalkan.  Pemerintah dan masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) kini mengusulkannya sebagai Pahlawan Nasional.

Sebagai ekonom, ia berhasil menstabilkan perekonomian Indonesia di masa krisis, meletakkan dasar-dasar kebijakan fiskal yang masih relevan hingga kini. Tokoh ini berperan penting dalam Proklamasi Kemerdekaan sebagai pendidik, ia membuka akses pendidikan tinggi bagi banyak kalangan, mewujudkan impiannya untuk mencetak generasi yang tidak hanya pandai, tetapi juga berkarakter. Sebagai politisi, ia dikenal sebagai sosok yang jujur dan bersih dari korupsi, sesuatu yang langka di masanya. Yang tak kalah penting, Frans Seda adalah pejuang pluralisme. Sebagai tokoh Katolik dari Flores, ia selalu menekankan pentingnya persatuan dalam keberagaman. Ia membuktikan bahwa seorang pahlawan tidak harus berperang dengan senjata; perjuangan melalui ekonomi, pendidikan, dan kebijakan pemerintahan sama mulianya.

Sumber : https://www.goodnewsfromindonesia.id/2025/07/20/frans-seda-tokoh-di-balik-kemajuan-ekonomi-dan-pembangunan-unika-atma-jaya

Disusun Oleh :

  1. Abygail Rouli Sianturi XII-E/01
  2. Devon Edmund Gunawan XII-E/10
  3. Felix Ega XII-E/14
  4. Glenn William XII-E/18
  5. Rafael Yves Pranata XII-E/29
  6. Veronica Olympia Priscilla Simamarta XII-E/34

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *